Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Sore

  Kesederhanaan lewat begitu saja Menyapa saya hari itu. Saat ongkang-ongkang kaki di depan pintu rumah Bapak Dengan radio kakek memutar Franky Sahilatua   Akan baik apabila sore terjaga lebih lama Bukan sebagai babak baru dari siang atau melarut jadi malam Namun entitas lain yang berdikari ditopang awan Soalnya dengan demikian anak-anak bisa puas main layangan   Andai saja sore lebih lama Karena saya suka kereta api yang lewat dan menyisakan berkas-berkas cahaya yang entah darimana Warna oranyenya menyatu dengan matahari yang memudar Dan angin, selalu angin, lebih lembut meniup menyuruh manusia tenang Sebab sebentar lagi panggilan Tuhan akan berkumandang   Jalanan yang padat Balapan dengan entah apa Mungkin waktu, atau detik yang terpampang di lampu lalu lintas Aneh sekali, sebab waktu tidak bisa terkejar Ia bergerak terus, konstan, tak pernah peduli siapa dan apa yang bergantung padanya Sebuah absurditas yang tetap   ...

Selamat Datang, Oktober

  Malam ini hujan, maklum seharian panas betul. Terdengar suara tokek delapan kali, entah artinya apa. Kopi membuat mataku melek. September yang sekarat sudah mati, dilahap Oktober yang dingin. Seandainya saja aku sekecil peri, aku akan melamun di atap rumah menatap mendungnya langit. Lalu berpikir, “oh, rintik hujan masih berupa air, saya kira doa-doa yang luruh karena nasib!” Bulan cekikikan. Dia pikir aku sudah gila. Padahal nyatanya tidak (juga). Aku cuma ngeri melihat rotasi bumi yang semakin tak tentu. Kenapa yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin? Kenapa ada orang yang kekenyangan dan yang lain kelaparan? Kenapa sejarah selalu memihak pada kekuasaan? Kenapa manusia tidak bisa sepenuhnya jadi manusia? Rasanya tidak adil sebagian orang dapat merasakan matahari terus-terusan, berlama-lama merasa hangat sembari mengeluh dan minum es limun. Sementara sebagian lain harus kedinginan, lirihannya berlomba dengan nyanyian kodok yang lebih keras. Tak punya hak untuk meng...

Untuk Salma

  Asmaradana And in the end, the love you take is equal to the love you make. – The Beatles. Di luar, halaman penuh dedaunan kering Menetes gugur saat engkau lewat Maksudnya kira-kira apa? Di jalan, kata-kata menjelma gema Yang kabur dan dingin Betapa juga sepinya jalan mengantarmu pulang, hembus angin membisikkan pertanyaan. Selalu pertanyaan. Tidak pernah jawaban. Lagi-lagi jangan gentar. Di rumah, doa-doa jadi lagu Mengalun merdu menghantar rindu, menyuruhmu mengetuk pintu. Di tempat tidur, cahaya meninabobokanmu Dongeng ksatria dan putri tidur, Oki dan Nirmala Kau mengambang dalam galaksi sesaat Mengapa semesta begitu sunyi? Di pagi hari, bintang subuh akan mengajarkan padamu cara mengobati luka Sebentar saja sebelum pertanda fajar, Kau harus sudah bangun dan siap. Begitu, kau berhenti dan terpana. Kau sudah berada dalam kala asmaradana. Tentang Menjadi Bunga Untuk Salma Tiba-tiba saja bantalmu menjadi semacam markas tempat menyimpan rahasia. Rahasia-rahasia yang ...

Semua Ikan di Langit, Petualangan Bus Damri, dan Trayek Angkasa Lintas Ruang-Waktu

“Lewat sastra aku belajar mengenal-Nya.”             Ada sebuah cerita pendek berjudul “The Egg” karya Andy Weir yang saya baca saat sedang menunggu kelas di suatu siang yang mendung tahun lalu. Sebuah cerita yang berkali-kali memukul hati saya. Bukan karena sedih, melainkan karena kagum dan terkejut akan interpretasi sang penulis terhadap rahasia alam semesta dan keilahian. Sebuah imajinasi yang luar biasa.             Ditarik lebih jauh lagi, tepat hari Senin, tanggal 18 Januari 2016, amanat Pembina upacara di sekolah saya membuat saya mampu bertahan berdiri tanpa mengeluh. Itu adalah amanat terbaik sepanjang masa. Kalau biasanya amanat diisi dengan nasihat-nasihat basi yang sudah diulang ribuan kali macam menjaga lingkungan dan meningkatkan pretasi sekolah, amanat pembicara hari itu, yang disampaikan seorang guru, membuat saya tertarik untuk mendengarkan alih-alih mengusi...

Selamat Jalan, Sapardi Djoko Damono

Because the sky is blue, it makes me cry. – The Beatles. Hari ini, Minggu, 19 Juli 2020, penyair favorit saya meninggal dunia. Saya pertama kali mendapatinya dari status Whatsapp tante saya, yang juga sama-sama mengidolakan beliau. Detik itu juga saya terbangun dari posisi rebahan, langsung verifikasi kebenarannya. Ternyata memang benar. Saya terkejut dan merasa sangat kehilangan (Eyang, bagaimana caranya menyikapi kehilangan dengan dewasa?) Sedih mungkin bukan satu-satunya kata yang pas. Saya pertama kali membaca karya beliau di majalah GADIS saat SMP. Saat itu, puisinya yang terkenal, “Aku Ingin”, dikutip oleh cerita pendek yang saya baca. Puisinya saat itu seperti memacu semangat menulis puisi kembali pada diri saya, yang sebelumnya tak begitu peduli. Masa SMP barangkali jadi masa-masa paling romantis dalam hidup saya—kalau bisa dibilang SMA juga—dipenuhi dengan kata-kata puitis yang terus saya dapat dari banyak-banyak membaca puisi. Saya banyak belajar dari car...

Kita Boleh Bangga, Legenda Kretek Indonesia di Semesta Per-sebat-an

Sumber gambar: "Kretek: The Culture and Heritage of Indonesia’s Clove Cigarettes" oleh Mark Hanusz, 2000. Semua ini bermula dari Quora, aplikasi online yang memfasilitasi tanya jawab diantara para penggunanya, sehingga siapapun yang menggunakan Quora dapat mengajukan pertanyaan, memberikan jawaban, ataupun hanya membaca jawaban dan pertanyaan yang diberikan oleh warganet. Semua pertanyaan dapat diajukan, mulai dari pertanyaan penting tentang sejarah Majapahit sampai yang paling tidak penting seperti misal, mengapa kita selalu terasa lebih cerdas di kamar mandi.             Pada suatu hari yang cerah dan baik untuk bermalas-malasan, saya sedang  scrolling  lini masa Quora dan mendapati salah satu pertanyaan yang menarik perhatian saya: Adakah reaksi yang berkesan dari orang-orang di luar negeri ketika mereka mengetahui kamu berasal dari Indonesia? Sebagai warga negara Indonesia, saya tentu tertarik, dong. Kira-kir...

Kalau Kata Rhoma Irama, Begadang Boleh Saja Asal Ada Perlunya

Kebanyakan begadang seenggaknya memberiku perspektif penting. Sehabis malam akan selalu ada pagi. Sehabis gelap pasti ada terang. Jangan takut lagi. Kalau kau takut gelap, nyalakan saja lampu. Cahaya menemanimu dan meninabobokanmu. Matahari akan segera datang.   Malam menjelang subuh akan selalu yang paling gelap. Tapi tidak apa-apa. Ketika langit mulai membiru dan kau mulai bisa melihat segalanya, semua akan baik-baik saja. Seolah semua monster mati dan mimpi buruk selesai. Saat-saat paling mengambang dengan perasaan aneh—dihantui masa lalu atau terngiang masa depan—akan selesai. Ketika setitik cahaya telah muncul dan suara kokok ayam memecah sunyi, kau akan merasa lega. Saat-saat itu adalah yang terindah dari segalanya.  Lalu kau akan mengalaminya lagi dan lagi.   Dan itu tidak apa-apa. Itu cuma siklus yang kita pelajari saat sekolah dasar. Kau akan terbiasa. Kau tak lagi takut malam maupun gelap. Pada akhirnya, kau akan selalu percaya bahwa sehabis malam selalu a...

An Unusual Easter Day

Hari ini Paskah. Kalau di tahun-tahun sebelumnya, kami akan tidur pukul 9 atau 10 malam, tidak semalam biasanya karena esoknya harus bangun subuh untuk ke gereja. Ibadah Paskah dimulai pukul 5 pagi.  Ibuk akan menjadi orang yang paling pertama bangun, lalu membangunkan aku, Mbak Tin dan Bapak. Sementara Bapak merebus air, aku akan mandi duluan. Masuk ke kamar melihat Mbak Tin catokan. Barangkali aku akan mencatok rambut malam sebelumnya, karena mungkin aku tidak punya waktu di pagi hari. Lalu Mbak Tin akan bergantian mandi. Kemudian Bapak, lalu terakhir Ibuk. Lalu kami akan berangkat bersama-sama.  Aku dibonceng Bapak, Ibuk dibonceng Mbak Tin. Kami akan berkendara beriringan macam konvoi bersama Mbak Rhany yang membonceng Tante Yuni, bersama dengan mobil kotrix yang ditumpangi Mbah Kung, Tante Endang, Grace dan Christo. Rico dan Enri mungkin sudah naik motor terlebih dahulu. Lalu kami akan sampai di gereja. Kemungkinannya ada dua, antara kami menjadi yang paling a...

Remembrance

Beberapa hari yang lalu aku bermimpi. Tulisan ini barangkali tidak sepenuhnya sama dengan mimpi itu, tapi kalimat yang dikatakannya benar-benar jelas sekali dan aku jamin seratus persen sama. Aku tahu baik kau maupun aku takkan bisa mengulang mimpi itu lagi, tapi percayalah padaku. Entah mengapa kemudian aku hidupkan ini sebagai tulisan singkat dan kubagikan padamu. Mungkin hanya sebagai jaga-jaga karena daya ingatku yang buruk supaya kita bisa mengingatnya bersama-sama, dan kau bisa menceritakannya kembali kepadaku apabila aku lupa.             Dalam mimpi itu, aku merasa memasuki dimensi yang baru dan lain, asing dan kosong. Tidak ada apapun yang kulihat selain aku dan dia, yang entah juga dia itu siapa. Tidak ada dinding. Tidak ada lantai. Tidak ada perabotan lain maupun ciri khusus. Sejauh yang kuingat, cuma ruang (bisakah kita menamainya demikian?) yang gelap, mungkin hanya sebaran cahaya kecil berkilauan mirip bintang yan...