Langsung ke konten utama

Untuk Salma

 

Asmaradana


And in the end, the love you take is equal to the love you make. – The Beatles.


Di luar, halaman penuh dedaunan kering
Menetes gugur saat engkau lewat
Maksudnya kira-kira apa?

Di jalan, kata-kata menjelma gema
Yang kabur dan dingin
Betapa juga sepinya jalan mengantarmu pulang,
hembus angin membisikkan pertanyaan.
Selalu pertanyaan. Tidak pernah jawaban.
Lagi-lagi jangan gentar.

Di rumah, doa-doa jadi lagu
Mengalun merdu menghantar rindu,
menyuruhmu mengetuk pintu.

Di tempat tidur, cahaya meninabobokanmu
Dongeng ksatria dan putri tidur, Oki dan Nirmala
Kau mengambang dalam galaksi sesaat
Mengapa semesta begitu sunyi?

Di pagi hari, bintang subuh akan mengajarkan padamu cara mengobati luka
Sebentar saja sebelum pertanda fajar,
Kau harus sudah bangun dan siap.

Begitu, kau berhenti dan terpana.
Kau sudah berada dalam kala asmaradana.


Tentang Menjadi Bunga

Untuk Salma

Tiba-tiba saja bantalmu menjadi semacam markas tempat menyimpan rahasia. Rahasia-rahasia yang basah—oleh luka, oleh amarah. Dan guling memelukmu di malam-malam dingin yang sepi, mengelus rambutmu dan menyanyikan lagu masa kecil. Kasurmu menawarkan kehangatan lewat kenangan-kenangan yang menguap pada hari kau menyimpannya dibawah dipan. Kau tak bisa memejamkan mata, tidak. Bulan mengelap kelopak matamu yang kering sehabis jadi sungai buat sekian waktu. Malam jadi ibumu, menggendongmu. Berbisik, kau hanya sedang bertumbuh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Porcelina of the Vast Oceans*

*) Judul diambil dari lagunya The Smashing Pumpkins yang tidak ada hubungannya.                 Tema hari ketujuh belas: Imagine yourself stranded alone in an unknown land. How does it look?                 Hai.                Maaf ya telat setahun. Hahahaha.             Jadi seharusnya tulisan ini ditulis setahun yang lalu. Tapi karena saya sibuk dimintain tolong Kera Sakti buat mencari kitab ke barat, jadi ya begini deh. Hahaha, nggak ding, alasan aja. Alasan sesungguhnya adalah… rahasia deh.             Yah pokoknya kita sudah di sini sekarang, jadi tanpa perlu berlama-lama lagi, mari kita lanjutkan saja!             Tema hari ke-17 diminta untuk membayangkan apa yang akan terjadi jika saya terdampa...

Tak Terhingga

  Kau adalah ukuran yang kupakai untuk mendefinisikan ketakterhinggaan. Waktu mengukir laju bintang dalam cahaya Meninggalkan jejak yang hanya bisa kau bayangkan dalam kepala. Ketika kaupandangi langit malam, segala yang timbul hanyalah pertanyaan. Dan gambaran. Dan gambaran. Dan pertanyaan. Kau mengira-ngira lagi. Terawang-awang di tengah lautan kosmik kau bagai peri di lubang hidung raksasa mistik Bagai menjilat bulan dengan ujung lidahmu yang merah. Sebagian karena dingin. Sebagian karena permen kaki yang suka kau beli di sela istirahat kelas. Telingamu penuh oleh riuh rendah deburan ombak Yang kau kira-kira sebagai melodi agung nyanyian Tuhan Yang memberkati senandung langkahmu dalam setapak keabadian. Kau begitu kecil. Begitu fana. Begitu mudah ditiup dan menghilang. Jadi abu, jadi serbuk, jadi setetes embun basah di muka daun lontar. Tanganmu menggapai-gapai bintang yang lewat di depan mata.  Kau cari-cari tali sepatumu yang hilang di tengah cincin saturnus. Ka...

Martha

Dia adalah pertentangan bagi satu yang lain. Ia benci hujan dan suara gemuruh, tapi suka aromanya yang katanya segar dan khas. "Kupikir aroma hujan sulit sekali dilukiskan," katanya saat itu, "tapi memberimu kedamaian bagai mencapai titik spiritual tertentu." Aku setuju.                 Ia benci malam hari, tapi suka sekali dengan bintang dan astrologi. "Aku tidak percaya zodiak," katanya membela diri saat pertama kali kita bertemu. "Tapi aku suka ceritanya, dan interpretasi manusia bahwa posisi bintang bisa benar-benar memengaruhi kepribadian seseorang. Kukira itulah kenapa manusia suka percaya pada konspirasi. Karena seolah-olah kita menemukan pola tertentu, padahal itu sebuah keniscayaan."                 "Teori Ramsey?" sahutku cepat.                 ...