Langsung ke konten utama

Suatu Hari yang Indah di Schwarzwald

(1)
Mudah sekali merasa rindu. Saat kamu duduk di depan kaca dan melihat ke arah jalanan, kebetulan lagu I Miss You dari Blink-182 yang berputar secara acak di hapemu. Lalu tiba-tiba kenangan itu muncul satu per satu, acak, samar, sampai sulit dibedakan mana yang nyata mana yang tidak. Saat secara tiba-tiba ada sesuatu yang dulu pernah kamu kenal menganggumu lagi. Saat tiba-tiba semuanya terasa jauh sekali. Saat kamu ingin tertawa dalam tangis. Seperti kesadaran bahwa segalanya tak lagi sama.
Saya rindu sekali pada dirimu.
Sejauh apapun saya pergi ujung-ujungnya dirimu lagi. Seperti sebuah kenangan yang muncul secara kurang ajar.
Mudah sekali merasa rindu. Pada apa yang kini terasa sulit. Terasa lucu juga. Merindukanmu seperti mengingat sesuatu yang tak pernah terjadi. Sulit dicari jawabnya.

(2)
Kadang bosan berputar-putar dalam kata. Bosan berbelit-belit tapi kamu nggak tahu juga maksudnya apa. Kadang lebih enak ngomong langsung terang-terangan: Saya rindu kamu. Seperti itu misalnya.

(3)
Ia menutup matanya dan bertanya, "Ma, apakah mama bisa berjanji semua yang lalu akan kembali lagi suatu saat nanti?" Ibunya menghentikan seluruh kesibukannya. Ia terdiam sejenak dan melihat anaknya, "Kenapa, sayang?"
"Sebab semua itu terlalu indah, dan aku sangat merindukannya."

(4)
Each time you'd pulled down the driveway, I wasn't sure when I would see you again.
Why do you spend this time with me? Maybe an equal mystery.
Not everything is better spoken aloud, not when I'm talking to you.
Maybe that's all that we need is to meet in the middle of impossibility. We're standing at opposite poles, equal partner in a mystery.

Mystery - Indigo Girls

(5)
Dan saat-saat diantara jeda rindu itu
Katamu seperti sepasang sepatu
Apabila kau pun aku
Kau juga kan membunuh waktu-waktu
Yang tersebar bagai kenangan kita siang hari itu

(6)
Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan
Meluncur lewat sela-sela jari kita
Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas
Tapi, kini kita telah mulai merindukannya

Membaca Tanda-Tanda, karya Taufik Ismail

(7)
Ternyata secret freund-ku adalah Hamzah. Tadi bikin gelang persahabatan terus aku sama Rianti lari ke Supermarkt. Beli coklat dan ngabisin uang receh, terus pulang deh. Makan malam sama anak-anak Jepang. Terus ke padang rumput karena nggak tahu mau ngapain. Tidur-tiduran, bikin gelang. Terus ke chill-out lounge. Terus balik ke rumah dan flurbesprechung yang terakhir. Kita dikasih foto, cerita-cerita, denger musik, makan jajan dan coklat, minum teh, nangis, pelukan, nulis surat. Nila, friends, I miss you all. Salah satu hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidupku. Aku akan selalu merindukanmu. Aku tidak akan melupakanmu. Janji ketemu lagi, ya?

(8)
Laksana senyumnya yang kuanggap karya sastra.

Komentar

  1. Balasan
    1. Terima kasih mul,... Thans for reading it.... It means a lot to me :")

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Love the last one, thats soo deep

    BalasHapus

  4. para Member setia Fansbetting,
    untuk kalian para pecinta permainan casino online
    yang mungkin sedang mencari agen terpercaya dengan bonus rollingan yang besar
    kami menyarankan kepada kalian semua para member setia kami
    bahwa kami akan memberikan BONUS ROLLINGAN 0.70% untuk kalian semua
    dan langsung otomatis masuk ke dalam id kalian,
    jadi untuk kalian yang mau mencoba bonus ini dan ingin bermain di salah satu agen yang terpercaya
    kalian bisa bermain bersama kami . fansbetting.com
    * CLAIM NOW AND JOIN US *

    Untuk keterangan lebih lanjut, segera hubungi kami di:
    WA : +855963156245^_^

    Ayo tunggu apalagi !!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Porcelina of the Vast Oceans*

*) Judul diambil dari lagunya The Smashing Pumpkins yang tidak ada hubungannya.                 Tema hari ketujuh belas: Imagine yourself stranded alone in an unknown land. How does it look?                 Hai.                Maaf ya telat setahun. Hahahaha.             Jadi seharusnya tulisan ini ditulis setahun yang lalu. Tapi karena saya sibuk dimintain tolong Kera Sakti buat mencari kitab ke barat, jadi ya begini deh. Hahaha, nggak ding, alasan aja. Alasan sesungguhnya adalah… rahasia deh.             Yah pokoknya kita sudah di sini sekarang, jadi tanpa perlu berlama-lama lagi, mari kita lanjutkan saja!             Tema hari ke-17 diminta untuk membayangkan apa yang akan terjadi jika saya terdampa...

Tak Terhingga

  Kau adalah ukuran yang kupakai untuk mendefinisikan ketakterhinggaan. Waktu mengukir laju bintang dalam cahaya Meninggalkan jejak yang hanya bisa kau bayangkan dalam kepala. Ketika kaupandangi langit malam, segala yang timbul hanyalah pertanyaan. Dan gambaran. Dan gambaran. Dan pertanyaan. Kau mengira-ngira lagi. Terawang-awang di tengah lautan kosmik kau bagai peri di lubang hidung raksasa mistik Bagai menjilat bulan dengan ujung lidahmu yang merah. Sebagian karena dingin. Sebagian karena permen kaki yang suka kau beli di sela istirahat kelas. Telingamu penuh oleh riuh rendah deburan ombak Yang kau kira-kira sebagai melodi agung nyanyian Tuhan Yang memberkati senandung langkahmu dalam setapak keabadian. Kau begitu kecil. Begitu fana. Begitu mudah ditiup dan menghilang. Jadi abu, jadi serbuk, jadi setetes embun basah di muka daun lontar. Tanganmu menggapai-gapai bintang yang lewat di depan mata.  Kau cari-cari tali sepatumu yang hilang di tengah cincin saturnus. Ka...

Martha

Dia adalah pertentangan bagi satu yang lain. Ia benci hujan dan suara gemuruh, tapi suka aromanya yang katanya segar dan khas. "Kupikir aroma hujan sulit sekali dilukiskan," katanya saat itu, "tapi memberimu kedamaian bagai mencapai titik spiritual tertentu." Aku setuju.                 Ia benci malam hari, tapi suka sekali dengan bintang dan astrologi. "Aku tidak percaya zodiak," katanya membela diri saat pertama kali kita bertemu. "Tapi aku suka ceritanya, dan interpretasi manusia bahwa posisi bintang bisa benar-benar memengaruhi kepribadian seseorang. Kukira itulah kenapa manusia suka percaya pada konspirasi. Karena seolah-olah kita menemukan pola tertentu, padahal itu sebuah keniscayaan."                 "Teori Ramsey?" sahutku cepat.                 ...