Langsung ke konten utama

Betapa Miskinnya Kita

Saat menyadari bahwa semua yang kita miliki ini hanyalah titipan, aku merasa bahwa ternyata aku ini diciptakan dalam keadaan miskin sekali. Kita merasa bahwa seolah-olah kita kaya dengan memiliki segalanya, padahal apa yang disebut pemberian sebenarnya hanya merupakan titipan. Kukira Tuhan tidak main-main menciptakan kita. Kukira Ia menciptakan kita dengan segala kemewahan ini. Saya pikir Ia benar-benar tulus memberikannya. Ternyata tidak. Ini semua hanyalah titipan!
Karena itu, saat menyadari bahwa aku tak memiliki apapun di dunia ini, aku protes pada Tuhan dan mulai meminta ini itu. Baju yang kupakai ini milikku, maka itu Tuhan tidak bisa semena-mena membuatnya basah karena hujan tanpa persetujuanku. Rumahku adalah kepunyaanku, Tuhan tidak bisa seenaknya membakarnya jika aku tak mengizinkannya. Dalam doaku, Tuhan telah mengabulkanku. Ia bilang bahwa aku boleh memiliki semuanya yang tadi kuminta--baju maupun rumah. Karena diperbolehkan, aku pun meminta lebih. Kali ini aku percaya bahwa Tuhan benar-benar baik. Aku minta gunung, aku minta hutan. Aku minta pesawat. Aku minta semuanya. Aku tidak peduli apa yang manusia lain pikirkan tentang itu. Semua yang mereka miliki adalah titipan, sementara Tuhan memberinya secara gratis padaku. Jadi aku berhak atas segalanya. Lautan, udara, hujan, semua karena kuasaku. Hari ini tidak boleh panas jika aku tidak mau. Segalanya terasa sangat menyenangkan.
Mengetahui bahwa aku telah memiliki segalanya, orang-orang mulai datang dan meminta-minta kepadaku. Aku merasa jijik dan tak mau. Tapi mereka terus mengejarku. Jadi aku mau tidak mau memberi mereka sedikit saja. Ada yang minta umur. Hey, umur ini punyaku! Cuma aku yang berhak menentukan umurku! Siapa peduli denganmu? Kau tak boleh minta jatah umurku!
Lama kelamaan, aku sampai pada titik dimana memiliki segalanya ternyata bukan suatu hal yang baik. Semuanya jadi tergantung pada kemauanku. Aku harus bergantung pada siapa ? Aku jatuh tepat ketika aku merasa kaya.
Hingga akhirnya, aku pun melakukan sesuatu hal yang kupikir sangat benar. Menjadi miskin adalah anugerah! Kemiskinan adalah satu-satunya hal terindah di dunia.
Aku pun mengembalikan segala yang telah kuminta pada Tuhan dengan suatu kesimpulan: tak hanya terlahir miskin, ternyata kita juga terlahir bodoh sekali.

Komentar

  1. Mohon maaf nih tapi tolong ya mbak mas jangan SPAM KOMEN DI BLOG SAYA APALAGI TENTANG BEGINIAN! Yah kagak woles kan ane. Tapi tolong ya. Saya nggak suka.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Porcelina of the Vast Oceans*

*) Judul diambil dari lagunya The Smashing Pumpkins yang tidak ada hubungannya.                 Tema hari ketujuh belas: Imagine yourself stranded alone in an unknown land. How does it look?                 Hai.                Maaf ya telat setahun. Hahahaha.             Jadi seharusnya tulisan ini ditulis setahun yang lalu. Tapi karena saya sibuk dimintain tolong Kera Sakti buat mencari kitab ke barat, jadi ya begini deh. Hahaha, nggak ding, alasan aja. Alasan sesungguhnya adalah… rahasia deh.             Yah pokoknya kita sudah di sini sekarang, jadi tanpa perlu berlama-lama lagi, mari kita lanjutkan saja!             Tema hari ke-17 diminta untuk membayangkan apa yang akan terjadi jika saya terdampa...

Tak Terhingga

  Kau adalah ukuran yang kupakai untuk mendefinisikan ketakterhinggaan. Waktu mengukir laju bintang dalam cahaya Meninggalkan jejak yang hanya bisa kau bayangkan dalam kepala. Ketika kaupandangi langit malam, segala yang timbul hanyalah pertanyaan. Dan gambaran. Dan gambaran. Dan pertanyaan. Kau mengira-ngira lagi. Terawang-awang di tengah lautan kosmik kau bagai peri di lubang hidung raksasa mistik Bagai menjilat bulan dengan ujung lidahmu yang merah. Sebagian karena dingin. Sebagian karena permen kaki yang suka kau beli di sela istirahat kelas. Telingamu penuh oleh riuh rendah deburan ombak Yang kau kira-kira sebagai melodi agung nyanyian Tuhan Yang memberkati senandung langkahmu dalam setapak keabadian. Kau begitu kecil. Begitu fana. Begitu mudah ditiup dan menghilang. Jadi abu, jadi serbuk, jadi setetes embun basah di muka daun lontar. Tanganmu menggapai-gapai bintang yang lewat di depan mata.  Kau cari-cari tali sepatumu yang hilang di tengah cincin saturnus. Ka...

Martha

Dia adalah pertentangan bagi satu yang lain. Ia benci hujan dan suara gemuruh, tapi suka aromanya yang katanya segar dan khas. "Kupikir aroma hujan sulit sekali dilukiskan," katanya saat itu, "tapi memberimu kedamaian bagai mencapai titik spiritual tertentu." Aku setuju.                 Ia benci malam hari, tapi suka sekali dengan bintang dan astrologi. "Aku tidak percaya zodiak," katanya membela diri saat pertama kali kita bertemu. "Tapi aku suka ceritanya, dan interpretasi manusia bahwa posisi bintang bisa benar-benar memengaruhi kepribadian seseorang. Kukira itulah kenapa manusia suka percaya pada konspirasi. Karena seolah-olah kita menemukan pola tertentu, padahal itu sebuah keniscayaan."                 "Teori Ramsey?" sahutku cepat.                 ...