Tak dapat dipungkiri, film romansa akan selalu menjadi salah satu genre terkomersil sepanjang masa. Genre romansa ini dapat menjangkau semua umur maupun kalangan, karena tentu saja semua orang memiliki pengalaman akan cinta, akrab dengan perasaan itu semasa mereka hidup. Bahkan, genre percintaan ini merambah ke genre-genre yang lain, menjadi bumbu-bumbu penyedap yang diharapkan dapat membolak-balikkan emosi manusia. Film apa sih, yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan cinta? Yang tidak ada adegan romansanya sedikit saja? Mungkin kita bisa hitung dengan jari. Bahkan tidak cuma film, baik sinetron, web series, novel, dongeng, cerpen, drama Korea sampai seri Azab pun, semuanya memiliki unsur romansa didalamnya!
Setiap macam judul menawarkan kisah cinta yang berbeda-beda. Ada yang menceritakan tentang kekasih yang ternyata adalah anak dari ayah tirinya (kayak tahu ini jenis apa wkwk), perjodohan ala Siti Nurbaya, kisah cinta seorang platonik yang betah dalam diam, cinta pada sahabat sendiri, dsb. Setelah kupikir-pikir, hm, menarik juga, ya. Kisah cinta yang beragam dengan akhir yang beragam pula, ada yang berakhir bahagia, ada yang berakhir tragis, ada yang berakhir tak terduga. Semuanya memberikan sensasi pengalaman tersendiri saat membaca atau menikmatinya.
Sebagai penganut paham klasik Disney-isme tentang akhir kisah cinta yang bahagia, saya selalu senang jika di akhir cerita sang tokoh utama dapat bersanding dengan orang yang sama-sama sangat mencintainya. Seolah-olah dalam setiap cerita selalu ada seseorang yang meant to be together with the main actor. Contoh, dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji, bagaimanapun cerita itu dimodifikasi, dalam rupa apapun, Robby akan tetap bersanding dengan Rumanah. Tidak ada yang menentang hal itu. Sebab dalam cerita itu sendiri tokoh mereka saling menjadi ‘pengadaan’ bagi tokoh yang lain. Robby and Rumanah meant to be together. Nggak mungkin di akhir cerita tiba-tiba Robby menikah sama Mpok Romlah. Khayal. Nggak masuk akal. Bahkan meskipun terlibat cinta segitiga, dari awal Robby sudah kelihatan nggak bakal mungkin sama Rere (walaupun saya dulunya shipper mereka berdua, wkwk). Kecuali, tiba-tiba tokoh Rumanah dihilangkan, itu lain lagi.
Walaupun tidak selalu (saya pernah menjumpai sebuah novel remaja dimana akhir ceritanya sangat nggak terduga, yaitu tokoh utama tidak jadian dengan tokoh utama lainnya, tapi malah dengan sahabat tokoh utama itu sendiri. Saat mengetahuinya saya merasa agak kecewa tapi saya pikir menarik juga), akan tetapi banyak sekali kemudian cerita-cerita dimana sebuah kisah cinta yang indah ternyata harus mengorbankan perasaan yang lain juga.
Kita selalu terpana dengan dua pasangan yang meant to be together tadi, Farel dan Luna, Rizky dengan Nadine, atau Marius dengan Cosette. Tapi, kalau saja kita mau sedikit saja melihat dengan cara pandang yang berbeda, kita jadi sadar ada hati-hati yang terluka…
Kita jadi sadar kalau Rachel di film Heart (2007) patah hati saat tahu bahwa Farel dan Luna saling mencintai. Ia bahkan rela mengorbankan dirinya sendiri demi kebahagiaan mereka berdua…
Kita jadi mengerti betapa sakitnya hati Gita di sinetron Cinta dan Rahasia (2017) saat Rizky akhirnya lebih memilih Nadine daripada dia, padahal selama bertahun-tahun sejak kecil Gita selalu ada untuknya…
Kita jadi paham bagaimana perasaan Eponine di film Les Miserables (2012) ketika tahu bahwa Marius jatuh hati pada saudara angkatnya, Cosette. Ia bahkan bertarung dan mati dalam Revolusi Prancis…
Hampir mirip seperti ilustrasi tiga orang dengan gunting. Ia yang berada di sisi yang tajam yang akan tersakiti dan hancur demi mereka yang ada di sisi pegangan untuk dapat mendekat. Cielah. Hahaha. Tapi serius, lho. Terkadang aku berpikir, kita selalu ingin berada di posisi pemeran utama saat menonton film. Kita lupa kalau bisa jadi di dunia nyata kitalah yang berada di posisi pemeran pembantu dalam kisah cinta itu. Bagaimana kemudian kalau ternyata aku bukanlah ‘Nam’ di kehidupan nyata, melainkan bisa jadi aku berada di posisi Faye yang ditolak Shone (berdasarkan film A Little Thing Called Love)? Bagaimana kemudian kalau posisi itu bukan milik kita, namun milik orang lain?
Ah, rasanya pasti sakit hati, ya. Saat tahu kalau kita bukan alasannya tersenyum atau tertawa, bukan tokoh dibalik kecewanya, bukan juga alasannya berdandan keren hari ini. Tapi, saya percaya banget kalau hidup nggak sesederhana film yang dapat mencakup konflik dengan resolusi dalam waktu kurang lebih 2 jam. All of our complicated feelings, sometimes unpredictable destiny, and all of that kind of stuff will take us into a more and more and more unthinkable experience. And besides, I think patah hati itu bagus juga. Bukankah itu bikin kita malah jadi lebih kuat? Kita boleh saja patah hati hari ini, namun siapa yang tahu esok hari. Ternyata, dibalik itu semua,… jeng jeng jeng, Tuhan memberi yang benar-benar meant for us. The one. The one and only. The only one. The man who is created for us, vice versa. Pada akhirnya, dalam hidup ini (buat saya) nggak ada yang namanya cinta segitiga. Everybody has their own love and it is created for each other. Mereka yang seolah berada dalam posisi ‘figuran’ memiliki filmnya sendiri dimana mereka menjadi tokoh utamanya. Dan semua jadi penuh cinta dan mau menerima.
Yee, sekian dulu hari ini. Saya juga nggak tahu kenapa tiba-tiba kepingin nulis ini. Mungkin salah satunya karena saya ingat saya dulu pernah mengancam R*CTI bahwa saya nggak akan nonton sinetron 7 Manusia Harimau lagi kalau Gumara jadinya sama Karina XD. Saya shipper berat Gumara-Pitaloka waktu itu WKWK. Eh, ternyata beneran sama Pitaloka… xixixi. Sudahlah, sampai jumpa lagi. Bye…
Setiap macam judul menawarkan kisah cinta yang berbeda-beda. Ada yang menceritakan tentang kekasih yang ternyata adalah anak dari ayah tirinya (kayak tahu ini jenis apa wkwk), perjodohan ala Siti Nurbaya, kisah cinta seorang platonik yang betah dalam diam, cinta pada sahabat sendiri, dsb. Setelah kupikir-pikir, hm, menarik juga, ya. Kisah cinta yang beragam dengan akhir yang beragam pula, ada yang berakhir bahagia, ada yang berakhir tragis, ada yang berakhir tak terduga. Semuanya memberikan sensasi pengalaman tersendiri saat membaca atau menikmatinya.
Sebagai penganut paham klasik Disney-isme tentang akhir kisah cinta yang bahagia, saya selalu senang jika di akhir cerita sang tokoh utama dapat bersanding dengan orang yang sama-sama sangat mencintainya. Seolah-olah dalam setiap cerita selalu ada seseorang yang meant to be together with the main actor. Contoh, dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji, bagaimanapun cerita itu dimodifikasi, dalam rupa apapun, Robby akan tetap bersanding dengan Rumanah. Tidak ada yang menentang hal itu. Sebab dalam cerita itu sendiri tokoh mereka saling menjadi ‘pengadaan’ bagi tokoh yang lain. Robby and Rumanah meant to be together. Nggak mungkin di akhir cerita tiba-tiba Robby menikah sama Mpok Romlah. Khayal. Nggak masuk akal. Bahkan meskipun terlibat cinta segitiga, dari awal Robby sudah kelihatan nggak bakal mungkin sama Rere (walaupun saya dulunya shipper mereka berdua, wkwk). Kecuali, tiba-tiba tokoh Rumanah dihilangkan, itu lain lagi.
Walaupun tidak selalu (saya pernah menjumpai sebuah novel remaja dimana akhir ceritanya sangat nggak terduga, yaitu tokoh utama tidak jadian dengan tokoh utama lainnya, tapi malah dengan sahabat tokoh utama itu sendiri. Saat mengetahuinya saya merasa agak kecewa tapi saya pikir menarik juga), akan tetapi banyak sekali kemudian cerita-cerita dimana sebuah kisah cinta yang indah ternyata harus mengorbankan perasaan yang lain juga.
Kita selalu terpana dengan dua pasangan yang meant to be together tadi, Farel dan Luna, Rizky dengan Nadine, atau Marius dengan Cosette. Tapi, kalau saja kita mau sedikit saja melihat dengan cara pandang yang berbeda, kita jadi sadar ada hati-hati yang terluka…
Kita jadi sadar kalau Rachel di film Heart (2007) patah hati saat tahu bahwa Farel dan Luna saling mencintai. Ia bahkan rela mengorbankan dirinya sendiri demi kebahagiaan mereka berdua…
Kita jadi mengerti betapa sakitnya hati Gita di sinetron Cinta dan Rahasia (2017) saat Rizky akhirnya lebih memilih Nadine daripada dia, padahal selama bertahun-tahun sejak kecil Gita selalu ada untuknya…
Kita jadi paham bagaimana perasaan Eponine di film Les Miserables (2012) ketika tahu bahwa Marius jatuh hati pada saudara angkatnya, Cosette. Ia bahkan bertarung dan mati dalam Revolusi Prancis…
Hampir mirip seperti ilustrasi tiga orang dengan gunting. Ia yang berada di sisi yang tajam yang akan tersakiti dan hancur demi mereka yang ada di sisi pegangan untuk dapat mendekat. Cielah. Hahaha. Tapi serius, lho. Terkadang aku berpikir, kita selalu ingin berada di posisi pemeran utama saat menonton film. Kita lupa kalau bisa jadi di dunia nyata kitalah yang berada di posisi pemeran pembantu dalam kisah cinta itu. Bagaimana kemudian kalau ternyata aku bukanlah ‘Nam’ di kehidupan nyata, melainkan bisa jadi aku berada di posisi Faye yang ditolak Shone (berdasarkan film A Little Thing Called Love)? Bagaimana kemudian kalau posisi itu bukan milik kita, namun milik orang lain?
Ah, rasanya pasti sakit hati, ya. Saat tahu kalau kita bukan alasannya tersenyum atau tertawa, bukan tokoh dibalik kecewanya, bukan juga alasannya berdandan keren hari ini. Tapi, saya percaya banget kalau hidup nggak sesederhana film yang dapat mencakup konflik dengan resolusi dalam waktu kurang lebih 2 jam. All of our complicated feelings, sometimes unpredictable destiny, and all of that kind of stuff will take us into a more and more and more unthinkable experience. And besides, I think patah hati itu bagus juga. Bukankah itu bikin kita malah jadi lebih kuat? Kita boleh saja patah hati hari ini, namun siapa yang tahu esok hari. Ternyata, dibalik itu semua,… jeng jeng jeng, Tuhan memberi yang benar-benar meant for us. The one. The one and only. The only one. The man who is created for us, vice versa. Pada akhirnya, dalam hidup ini (buat saya) nggak ada yang namanya cinta segitiga. Everybody has their own love and it is created for each other. Mereka yang seolah berada dalam posisi ‘figuran’ memiliki filmnya sendiri dimana mereka menjadi tokoh utamanya. Dan semua jadi penuh cinta dan mau menerima.
Yee, sekian dulu hari ini. Saya juga nggak tahu kenapa tiba-tiba kepingin nulis ini. Mungkin salah satunya karena saya ingat saya dulu pernah mengancam R*CTI bahwa saya nggak akan nonton sinetron 7 Manusia Harimau lagi kalau Gumara jadinya sama Karina XD. Saya shipper berat Gumara-Pitaloka waktu itu WKWK. Eh, ternyata beneran sama Pitaloka… xixixi. Sudahlah, sampai jumpa lagi. Bye…
BalasHapuspara Member setia Fansbetting,
untuk kalian para pecinta permainan casino online
yang mungkin sedang mencari agen terpercaya dengan bonus rollingan yang besar
kami menyarankan kepada kalian semua para member setia kami
bahwa kami akan memberikan BONUS ROLLINGAN 0.70% untuk kalian semua
dan langsung otomatis masuk ke dalam id kalian,
jadi untuk kalian yang mau mencoba bonus ini dan ingin bermain di salah satu agen yang terpercaya
kalian bisa bermain bersama kami . fansbetting.com
* CLAIM NOW AND JOIN US *
Untuk keterangan lebih lanjut, segera hubungi kami di:
WA : +855963156245^_^
Ayo tunggu apalagi !!