Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2021

Rectoverso!

Banyak hal bisa terjadi di dunia yang absurd ini. Dan, absurditas ini nggak pilih-pilih orang. Orang terkenal, orang biasa, semuanya, nggak ada yang hanya jadi penonton. Once you’re born in this absurd world, you will forever be a part of it. Kamu nggak bisa duduk manis jadi penonton saja, berharap ada di titik pasif dimana tidak ada drama, tidak memihak, posisi nol. Pada akhirnya, semua dapat giliran. Giliran untuk berkontribusi pada keabsurdan dunia ini. ***             Setidaknya itulah sepenggal pesan yang kudapat dari Petir, salah satu bagian dalam serial Supernova-nya Dewi Lestari. Pada awalnya, sang tokoh utama, Elektra, begitu percaya diri bahwa ia hidup hanya sebagai penonton di dunia ini. Ia dihibur oleh tingkah laku orang sekitarnya, terutama kakaknya, Watti, yang penuh drama. Hingga akhirnya ia sendiri terseret oleh ombak, keluar, benar-benar jadi bagian bioskop kehidupan.        ...

Women Portrayal in Indonesian Horror Cinema: A Feminist Critique

Konstruksi akan gender, yang terbagi ke dalam feminitas dan maskulinitas, bukanlah kualitas esensial yang melekat pada subjek, akan tetapi masalah representasi (Barker & Jane, 2016) . Melalui literatur, budaya populer, maupun pertunjukan, representasi akan perempuan dan laki-laki dibangun sebagai bentuk ekspresi realitas sosial atau distorsi dari realitas tersebut (Barker & Jane, 2016) . Khususnya dalam kerangka feminisme, kritik terhadap representasi muncul seiring berkembangnya asumsi tersebut. Seringkali imaji yang ditampilkan tentang perempuan dilihat dari perspektif laki-laki yang menimbulkan misrepresentasi atas perempuan yang ‘sesungguhnya’. Dalam konteks social power , hal ini dapat berdampak pada relasi gender dan konsekuensi yang mungkin terjadi. Dinamika ini dikenal dengan istilah ‘ politics of representation ’ (Barker & Jane, 2016) .             Sebagai bentuk budaya populer, film merupakan institusi sosial...